Film Bumi Manusia

Sejumlah sineas seperti Mira Lesmana, Garin Nugroho, Anggy Umbara sempat disebut hendak menangani penggarapan film Bumi Manusia. Tapi akhirnya proyek ini ditangani Hanung Bramantyo di bawah produksi Falcon Pictures.

Film adaptasi novel karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia dirilis hari Kamis (15/8/2019) di seluruh bioskop Indonesia. Disutradarai Hanung Bramantyo dengan naskah yang ditulis Salman Aristo. 

Film ini bercerita tentang Minke (Iqbaal Ramadhan), seorang pribumi yang bersekolah di HBS. Pada masa itu, sebenarnya yang dapat masuk ke sekolah ini adalah orang-orang keturunan Eropa.

Minke, anak seorang bangsawan, seorang pribumi yang cerdas dan sangat pandai menulis, gelisah melihat nasib pribumi yang tertindas. Kemudian tergerak memperjuangkan nasib pribumi melalui tulisannya.

Sosok Minke terinspirasi dari sosok Tirto Adhi Soerjo yang dikenal juga sebagai Bapak Pers Nasional, pendiri surat kabar berbahasa Melayu pertama di Indonesia.

Bumi Manusia yang berlatar di Surabaya pada masa pendudukan Hindia Belanda 1898 ini juga menggambarkan seorang Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti).

Status seorang nyai telah membuatnya menderita, karena tidak memiliki hak asasi manusia sepantasnya. Pada masa itu, nyai dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan.
Sadar dengan kondisi itu, ia berusaha keras belajar agar dapat diakui sebagai seorang manusia.

Bumi Manusia juga memiliki sinopsis kisah cinta antara Minke dan Annelies (Mawar de Jongh), gadis Indo yang juga anak dari Nyai Ontosoroh dengan tuannya Herman Mellema (Peter Sterk). 

Film ini juga menampilkan Donny Damara (Ayah Minke), Ayu Laksmi (Ibu Minke), Giorgino Abraham (Robert Mellema), Jerome Kurnia (Robert Suurhof), Bryan Domani (Jan Dapperste alias Panji Darman), Hans de Krakker (Jean Marais).

Tetralogi Buru atau Tetralogi Pulau Buru atau Tetralogi Bumi Manusia adalah nama untuk empat novel karya Pramoedya Ananta Toer yang ditulis ketika ia masih diasingkan di Pulau Buru bersama ribuan tahanan politik lain karena dianggap sebagai komunis. Novel yang terbit dari tahun 1980 hingga 1988 dan kemudian dilarang peredarannya oleh Jaksa Agung Indonesia selama beberapa masa.

Tetralogi Buru ini mengungkap sejarah keterbentukan Nasionalisme pada awal Kebangkitan Nasional, dan pengukuhan atas seorang yang bernama Tirto Adhi Soerjo yang digambarkan sebagai tokoh Minke.