foto : kreuz
Informasi kekinian, sepeda lipat "Kreuz" buatan Bandung, kini naik daun mengangkat Sport Industry (industri olahraga) Indonesia menuju pentas dunia.
Nama sepeda Kreuz mulai dikenal masyarakat, setelah 2 tahun diproduksi (2018 - 2020). Bahkan pada tanggal 16 Agustus 2020 lalu, nama sepeda Kreuz semakin meroket setelah digunakan oleh Presiden Joko Widodo berolahraga di halaman Istana Bogor.
Ketika mendengar sepeda produknya dipakai oleh Presiden, seluruh pegawai begitu bangga dan tidak mengira hasil karya mereka dipakai oleh pemimpin nomor satu di Indonesia ini. "Ketika tahu dipakai Presiden Jokowi, bangganya luar biasa," ungkap Jujun Junaedi, salah satu pemilik sepeda Kreuz.
Yang lebih membanggakan, sepeda Kreuz sudah didaftarkan untuk menjadi salah satu sepeda yang akan digunakan sebagai alat transportasi Piala Dunia di Qatar 2022 nanti.
"Alhamdulilah sepeda kita sudah didaftarkan untuk menjadi transportasi yang digunakan di Piala Dunia Qatar 2022 nanti, semoga apa yang kami lakukan ini bisa membawa nama Bandung dan Indonesia lebih baik lagi. Produk kita tidak kalah kok sama luar negeri," ungkap Jujun.
Dilansir dari laman Kemenpora, Jujun Junaedi sebagai salah satu pemilik Kreuz yang lebih banyak bergerak di bagian produksi, awalnya bersama Yudi Yudiantara membuat sepeda Kreuz. Nama Kruez sendiri menurut Jujun ada dua versi yakni bahasa Sunda "Kareueus" yang artinya "Kebangaan," satu lagi singkatannya dari "Kreasi Urang (Orang) Sunda" yang huruf S depannya di ganti Z.
Awalnya sama sekali tidak terbesit bagi mereka untuk membuat sepeda, justru awal tahun 2018 dia memulai usahanya dengan membuat tas sepeda dengan merk yang sama. Ketika dia mengikuti pameran produk sepeda di Jakarta, dia melihat seluruh stand pameran semua memasang produk tasnya jadi satu dengan sepeda asal Inggris, Brompton.
Dari situ dia tergugah untuk membuat sepeda buatan sendiri, dengan modal nekat dan apa adanya akhirnya Jujun mencoba membuat satu sepeda. Peralatan yang digunakan hampir semua manual, bahkan untuk membuat tekukan kerangka sepeda sendiri, dia sempat mengalami kegagalan sampai tujuh kali.
Jujun yang memang berlatar sebagai tukang jahit baju ini mengaku mengalami kesulitan ketika pertama membuat sepede Kreuz. "Awal saya membuat sepeda Kreuz memang semua serba otodidak dan modalnya hanya nekat, tapi alhamdulilah sepeda pertama yang kami bikin berhasil dan banyak mendapat respon positif dari masyarakat," ujar Jujun.
Jujun berharap sepeda Kreuz bisa lebih berkembang lagi dan bisa membawa produk dalam negeri ke pentas dunia. "Keinginan saya produk-produk industri olahraga kita tidak kalah kualitasnya industri olahraga negara lain, dan saya senang sepeda ini bisa membuat masyarakat untuk sehat dengan bersepeda," pungkas Jujun.