foto: @pippayo218
Tengah viral di media sosial dimana pengguna sepeda motor di Gunungkidul, Yogyakarta, terlihat panik oleh kehadiran ulat jati yang bergelantungan di sepanjang jalan. Ulat jati tidak membuat gatal, kecuali pada orang yang alergi terhadap ulat dan tidak berbahaya bagi manusia dan tanaman jati.
Ulat jati atau Hyblaea puera adalah hewan yang hidup di perkebunan jati. Memiliki fase hidup sekitar 10–12 hari, kemudian berubah menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu jati. Jenis ulat ini tidak menyebabkan iritasi atau gatal di kulit, akan tetapi air liur ulat ini bisa meninggalkan noda pada pakaian dan cukup susah untuk dibersihkan.
Meski bagi sebagian orang kehadirannya mungkin mengganggu, namun kandungan gizi ulat jati menyimpan potensi nutrisi yang luar biasa bagi tubuh manusia. Ulat jati bisa dimakan sebagai sumber protein hewani. Di beberapa daerah, seperti Bojonegoro, Tuban, dan Blora, warga sekitar hutan jati sering mengonsumsi ulat jati yang disebut juga "enthung" atau "ungker". Dengan kandungan gizi ulat jati yang setara dengan beberapa jenis daging dan ikan, serta olahan yang bervariasi, makanan ini tak hanya menjadi pilihan masyarakat lokal tetapi juga daya tarik wisata kuliner yang unik.