Dagang Nasi Tékor, Bukan Tekor

Hari ini sungguh spesial, tumben terbangun segar pukul 4 pagi, ngopi, bantu istri menyapu jalan depan rumah, lalu diajak jogging di Jogging Track Desa Wisata Kesiman Kertalangu. Berjalan kaki dua putaran, berkeringat, makan tipat cantok nikmat pedas, es gula dengan jeruk nipis, lalu seruput kopi kedua.

Ketemu dan ngobrol untuk kedua kalinya dengan Pak Nyoman Tékor, salah satu legenda hidup desa Kesiman Kertalangu di tempat Wisata Edukasi Subak TEBA MAJALANGU, yang juga merupakan salah satu penyumbang ide design untuk proses penyelesaian tempat wisata tersebut.

Kemudian mampir mencicipi kuliner khas tradisional Bali di Dagang "Nasi Tékor" milik Pak Nyoman Tékor yang berlokasi di dekat area parkir Desa Budaya Kesiman Kertalangu.

Mengeja Tékor seperti mengeja kata téko, tempat menyimpan dan menyajikan minuman teh. Tékor dalam bahasa bali adalah sebuah wadah berbentuk segitiga terbuat dari daun pisang yang digunakan sebagai wadah makanan seperti nasi, bubur, tipat cantok serta makanan lainnya untuk langsung disantap di tempat membeli makanan tersebut.

Design arsitektur Dagang "Nasi Tékor" sangat unik dan otentik dengan konsep tradisional mulai dari bangunannya, furnitur meja dan kursi, lampu penerangan serta ornamen lainnya. Yang paling special adalah cara penyajian makanan dan minuman serta rasanya. Nasi campur khas Bali disajikan dalam tekor, berisi lauk sate lilit, lawar, ayam, telur dadar, kacang tanah goreng serta kuah ares yang disajikan dalam mangkuk batok kelapa. Rasanya sangat enak, khas Bali, jadi teringat masa kecil saat di desa dimana saya sering menikmati masakan nenek yang memanfaatkan bahan bahan segar yang ada disekitar desa.

Biasa setelah makan, pingin ngopi, lalu memesan satu kopi : " Buk, kopi Bali siki nggih". Saat memesan, di meja sebelah, Pak Putu Andy Pandy , putra Pak Nyoman Tékor menyapa saya ramah, "Pak saking dije". Lalu saya mohon ijin untuk menikmati kopi saya, satu meja dengan Pak Putu. Kopi tiba dengan cangkir kecil serta alasnya dengan bahan kaleng motif cat unik. Jadilah saya menikmati kopi ketiga saya hari ini.

Dari situ obrolan dan diskusi mengalir lancar dan antusias, terasa klik dan ada chemistry dengan berbagai topik, terutama eco tourism. Kemudian istri bergabung dan ikut nimbrung ngobrol, padahal sebelumnya sudah kasi kode untuk segera pulang karena udah lewat tengah hari he he. Obrolan bergulir tentang Ende, Soe, Tambolaka yang ketiganya adalah nama nama Kabupaten di provinsi NTT. Soe adalah kabupaten yang berjarak sekitar 110 km dari Kupang dimana Pak Putu Andy sedang ada project disana. SOE dibuat kepanjangannya oleh Pak Putu Andy menjadi Soul Of East, sangat pas dan cocok. Lalu cerita pindah ke Luwuk di Sulawesi Tengah. Kebetulan, medio Desember 2013 hingga April 2018, pernah bertugas di beberapa daerah: Ende, Tambolaka dan Luwuk, jadi obrolannya semakin nyambung. Menjelang pukul 13.00 WITA saya pun pamit sambil membawa kesan positif, antusias dan semangat. Semua seperti kebetulan, namun seperti kata bijak, "Tidak ada sesuatu hal pun yang kebetulan di dunia ini".

Semoga lain waktu, saya, Pak Putu Andy dan Pak Nyoman Tékor dapat bertemu dan berdiskusi kembali tentang berbagai hal yang menjadi passion masing masing.

Protokol CHSE, jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, pengukuran suhu tubuh, tetap kami laksanakan.

Rahayu
I Made Supertama
Wraspati, 10 Februari 2021

Source: bit.ly/3aR6sUt