Stay at Home, Adakah Efek Psikologisnya Bagi Anak ?

foto : Ilustrasi Woman photo created - freepik

Infomasi kekinian, pandemi telah merubah banyak hal dalam tatanan hidup kita baik dalam lingkungan keluarga maupun social ekonomi. Perubahan ini terjadi, baik demi alasan melindungi anak dari wabah, maupun karena terjadi perubahan kondisi orang tua. Di satu sisi, pandemi membuat orang tua lebih memperhatikan gizi, kesehatan anak anak, kebersihan dan kenyamanan rumah. Hal ini terlihat dari meningkatnya penjualan suplemen, bahan makanan sehat dan peralatan rumah tangga memasak diberbagai jalur distribusi. Selain perubahan secara fisik, interaksi orang tua dan anak mendapatkan porsi yang lebih besar. Rutinitas keluarga juga berubah, diakibatkan aktifitas anggota keluarga yang juga mengalami perubahan.

Seperti dua sisi mata pisau, setiap perubahan akan mengakibatkan dampak positif dan negatif. Artinya kondisi yang semestinya membawa dampak positif, bisa malah memuncul hal hal negative, jika salah mnyikapinya. Bagi anak usia batita, dampak perubahan ini mungkin tidak terlalu dirasakan. Namun bagi anak usia 4 tahun ke atas, dimana anak anak sudah mengenal interaksi dan sejumlah aktifitas diluar rumah, atau anak anak yang sudah mempunyai keinginan dan selera sendiri, hal ini tidaklah mudah. Misalnya kehawatiran terhadap kesehatan dan gizi anak membuat orang tua menjadi over protektif, yang mengakibatkan kekerasan dan pemaksaan.

Ketika anak harus mengkonsumsi sesuatu yang dia tidak suka tetapi menurut orang tua itu adalah makanan sehat. Atau ketika orang tua tiba tiba merubah tatanan rumah yang menurut orang tua lebih nyaman, sementara anak menginginkan hal yang berbeda. Demikian juga dengan pemilihan kegiatan bersama yang tidak sesuai antara anak dan orang tua atau saudara lainnya. Atau perilaku anak yang tidak sesuai keinginan orang tua, kebebasan anak yang merasa dibatasi, bahkan persoalan pendampingan pembelajaran daring yang tidak mudah bagi orang tua dan anak. Untuk itu sangat penting bagi orang tua untuk mengenali karakter masing masing.

Dalam konsep STIFIn, karakter anak secara genetis dipengaruhi oleh mesin kecerdasan masing-masing. Ada lima tipe mesin kecerdasan yang dimiliki oleh individu yang berbeda yaitu Sensing, Thingking, Intuiting Feeling dan Insting. Dalam menghadapi kondisi normal baru ini, masing masing tipe anak membutuhkan treatment yang berbeda-beda. Baik dalam cara komunikasi, bahasa cinta, perilaku, kecenderungan selera, cara belajar bahkan menu makanan. Jika treatmentnya sesuai, maka new normal akan memunculkan dampak positif demikian juga sebaliknya.

Anak Tipe Sensing

Anak dengan tipe Sensing yang mengandalkan panca inderanya menyukai komunikasi yang jelas dan runut. Dengan otot merahnya yang penuh energy, membutuhkan aktifitas fisik yang lebih besar porsinya dibanding tipe-tipe lainnya. Punya selera makan yang baik dan mudah merasa lapar. Namun disisi lain tidak mudah untuk si Sensing untuk melahap menu menu baru yang tidak terbiasa menyentuh lidahnya. Cara belajarnya mengutamakan pengulangan dengan bahan belajar yang warna warni. Dengan kekuatan memorinya yang cukup baik, anak anak tipe sensing menjadikan pengalaman sebagai acuan untuk melakukan sesuatu.

Anak Tipe Thingking

Sementara itu anak dengan tipe Thingking mengandalkan pikiran dan logika. Memahami sesuatu sebagai hubungan sebab akibat, yang menyukai hal-hal yang menantangnya berfikir mendalam. Tidak salah jika anak Thingking punya segudang pertanyaan yang harus dijwab orang tua. Anak tipe Thingking cenderung disiplin, objektif dan efektif. Dalam aktifitas fisiknya tipe ini cukup mager (malas gerak), sehingga terlihat lebih anteng. Jika ingin memperkenalkan hal hal baru, sampaikanlah alasan yang masuk akal sebagai hubungan sebab dan akibat. Anak Thingking juga senang apabila memiliki otoritas dan berkuasa. Ia juga senang jika dipuji kepintarannya, namun punya segudang alasan untuk menjawab setiap kritikan orang lain.

Anak Tipe Intuiting

Berbeda dengan Tipe Thingking, anak tipe Intuiting menyukai kebebasan. Meski sama sama menyukai tekhnologi, anak Intuiting punya rasa penasaran yang tinggi untuk membuat sesuatu yang berbeda setiap saat. Berkomunikasi dengan tipe Intuiting yang futuristic, harus mampu menggali mimpi-mimpi besarnya yang terkadang terkesan tidak masuk akal. Intuiting tidak terlalu suka bergerak dan juga tidak terlalu malas, tergantung pada apa yang sedang membuatnya tertarik. Jika Sensing adalah pencinta keteraturan, maka Intuiting sebaliknya. Cukup mudah bagi seorang Intuiting untuk menerima hal hal baru seperti menu baru, hobi baru dan lain sebagainya. Bersosialisasi bukan kebutuhan utama si Intuiting, selama ia mempunyai peralatan peralatan canggih untuknya melakukan eksplorasi.

Anak Tipe Feeling

Tipe ke empat yaitu Feeling. Sesuai dengan namanya, Feeling adalah perasaan. Tentu, tipe ini adalah anak anak yang terkesan manja dan cengeng. Tapi jangan salah, tipe Feeling akan tumbuh menjadi pemimpin yang disegani, karena penuh empati dan solidaritas yang tinggi. Tidak heran jika mereka sangat membutuhkan interaksi dengan teman temannya sebagai sumber energy utama. Kondisi #stayathome bukan hal yang mudah bagi Feeling. Karenanya oran tua harus mengupayakan bagaimana menjaga anak tetap bisa berinteraksi dan bermain. Berkomunikasi dengan anak tipe Feeling harus penuh kelembutan dan mnyentuh perasaannya. Berhati hati bersikap kepada seorang Feeling, karena sekali dia mendapatkan perlakuan buruk, akan memberikan kesan yang mendalam. Sebagai tipe yang moody, maka jika ingin melihat anak bisa mengikuti pelajarnnya dengan baik, maka ia harus mendapatkan mood yang bagus. Bisa dengan bercengkerama riangan, mendapatkan pujian, atau pelukan.

Anak Tipe Insting

Terakhir yaitu tipe Insting, si spontan yang senang bersilaturahmi dan pencinta kedamaian. Selain tipe Feeling, anak anak tipe Insting sangat membutuhkan interaksi dengan dunia luar. Tapi sedikit berbeda dengan Feeling yang membutuhkan teman temannya, Insting bisa dikompensasi dengan silaturahmi keluarga atau mengunjungi kegiatan kegiatan social. Inting pada dasarnya serba bisa namun juga serba tanggung. Dengan focus dan konsentrasi yang mudah terganggu, maka cara belajar Insting adalah dengan memperkecil peluang adanya gangguan suasana saat belajar. Selera makanan si Insting juga susah ditebak, dan mereka biasanya orang orang yang berbakat dalam hal memasak.

Dengan mengetahui tipe mesin kecerdasan masing-masing anak, orang tua dapat menyesuaikan tindakan baik langkap pencegahan atau pemulihan terhadap dampak negatif #stayathome, dan meraih peluang dampak positif dalam mengembangkan kemampuan dan bakat anak. Sehingga konflik orang tua anak bisa diminimalisir, dan tercipta atmosfir keluarga yang mendukung lahirnya anak anak hebat yang menguasai masa depannya. Cara inipun akan sangat penting dilakukan saat pandemic ini berakhir dengan ditemukannya vaksin yang aman. Untuk menghidari stupid cost, berupa waktu dan biaya yang hanya menjauhkan anak anak dari potensi terbaiknya.

Bundo Ayu

Rubrik "Talk to Heart" seputar dunia parenting ini dipandu oleh Bundo Ayu. Beliau adalah seorang Konsultan Genetic Family System Licenced Trainer STIFIn Institute. Merupakan Konsultasi keluarga untuk Pengasuhan, Persiapan Pendidikan, Persiapan Profesi Anak dan Remaja, Konsultasi Pra Nikah, Konsultasi Pasangan, dll.