Sajadah dan Sejarahnya

Foto: Samer Chidiac by Pixabay

Islam sangat menekankan kebersihan, oleh karena itu Sajadah digunakan sebagai alas ketika sholat untuk memastikan kebersihan tempat sholat.

Sajadah terbuat dari jalinan benang yang berhias sulaman bermotif nuansa Islami. Sementara untuk karpet sembahyang yang diproduksi secara komersial biasanya terbuat dari bahan kain sutera maupun katun dengan hiasan motif floral, pilar, masjid ataupun gambaran lainnya seperti Masjid Al-Aqsha serta Ka’bah.

Kata sajadah berasal dari bahasa Arab 'sajada', yang bermakna sebagai masjid dan sujud. Biasanya Sajadah berukuran panjang satu meter, hanya cukup untuk satu orang dewasa ketika sholat. Pada awalnya Sajadah adalah satu jenis karpet yang diproduksi di daerah Asia Tengah dan Asia Barat. Karpet doa ini digunakan umat Islam untuk menutupi tanah ataupun lantai yang kosong saat mereka akan sholat. Adapun ujung dari karpet doa ini selalu diarahkan ke Mekah, Saudi Arabia, yang merupakan pusat atau kiblat bagi seluruh umat Muslim di dunia.

Mihrab pada permukaan sajadah biasanya digambarkan dalam berbagai bentuk. Lengkungan khas mihrab ini menambahkan kesan elegan pada karpet untuk sholat ini. Namun ciri dari masing-masing mihrab pada sajadah bisa berbeda-beda sesuai dengan negara pembuatannya. Misalnya sajadah Anatolia memiliki motif gerak di sepanjang permukaan sajadah; mihrab Persia memiliki lengkungan yang mewah; karpet Kaukasia dan Turki umumnya berbentuk bujursangkar.

Tidak hanya sebagai alas sholat, sajadah juga telah menarik minat para pemimpin Muslim sejak awal. Mereka akan menugaskan seniman-seniman terhebat untuk membuat tikar yang cocok untuk para penguasa dan untuk diberikan sebagai hadiah kepada para pemimpin lainnya. 

Tidak hanya itu, sajadah juga memiliki fungsi lain sebagai hiasan atau lukisan yang digantung di dinding rumah.

Di bawah dinasti Ottoman, Safawi dan Mughal, industri sajadah berkembang dan karpet dianggap sebagai harta nasional. Sajadah dan karpet diperdagangkan ke Eropa dan Timur Jauh.

Namun, selama periode Ottoman (Utsmani) tersebut, banyak sajadah yang sebenarnya ditenun oleh orang-orang Kristen yang mencari nafkah melalui kerajinan tenun kuno untuk komunitas Muslim. 

Tidak jarang ditemukan sajadah atau karpet kuno pada awal abad ke-20 dengan salib dalam desainnya. Salah satu sajadah dengan desain yang unik dan detail adalah sajadah Utsmani, yang memiliki hiasan dengan gambar lentera kaca atau lampu di bagian mihrabnya. Sajadah terbuat dari wol domba itu kini ditampilkan di pusat Inisiatif Fatima Bint Mohammed Bin Zayed di Jumeirah, Dubai, Uni Emirat Arab.

Berbagai simbol keagamaan pada Sajadah memiliki makna yang menjadi filosofi sajadah itu sendiri. Lampu masjid pada sajadah untuk mengingatkan lampu masjid. Sisir sebagai pengingat untuk menyisir janggut sebelum menjalankan sholat. Lalu kendi air yang menjadi pengingat kewajiban mencuci tangan atau berwudhu sebelum sholat. Ada juga karpet sholat dengan motif tangan di kedua sisi mihrab. Ini menunjukkan di mana posisi tangan seharusnya berada saat sholat.