Awan Cumulonimbus, Penyebab Hujan Es di Yogyakarta

gambar ilustrasi nikitabuida - freepik

Informasi kekinian, Pada Selasa (2/3/2021) hujan es terjadi di wilayah Kapanewon Turi, Sleman, DIY. Pada Rabu kemarin (3/3/2021) hujan disertai butir-butir es mengguyur kawasan Sagan, Yogyakarta.

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, Reni Kraningtyas mengatakan, bahwa hujan es masih berpotensi tinggi terjadi lagi selama musim hujan, khususnya pada musim pancaroba.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by ᴵⁿᴷᵉᴷⁱ (@inkeki)

Hujan es lokal yang terjadi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya hanya dalam cakupan radius 2 kilometer. Hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan awan cumulonimbus dengan panjang mencapai 10 kilometer.

Selain itu, hujan es disebabkan pengaruh udara yang hangat, lembap, dan labil di permukaan bumi. Pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari membuat massa udara yang hangat itu terangkat ke atmosfer dan kemudian mengalami pendinginan.

Setelah terjadi kondensasi di mana uap panas berubah menjadi cair, lalu terbentuklah titik-titik air yang terlihat sebagai awan cumulonimbus.

Akibat kuatnya energi dorongan ke atas, maka puncak awan menjadi sangat tinggi hingga selanjutnya terbentuk kristal-kristal es yang ukurannya cukup besar. Saat awan sudah masak dan tidak mampu lagi menahan berat air, maka terjadilah hujan lebat disertai es. Es yang turun  bergesekan dengan udara sehingga ketika sampai ke permukaan ukurannya menjadi lebih kecil.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca untuk sejumlah wilayah di Indonesia dari Rabu (3/3/2021) hingga Jumat (5/3/2021).

Sejumlah wilayah berpotensi mengalami hujan lebat yang dapat disertai kilat, petir dan angin kencang. Diantaranya Yogyakarta, wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.